Gulana Alam
Source: pexels.com/Izabella Bedő |
Saat aku masih tujuh,
Rimbun pohon tuk berteduh.
Tiada langit bergemuruh,
Sebab kita belum angkuh.
Hari-hari aku tempuh,
Diriku beranjak tumbuh.
Sembari buana merapuh,
Oleh sikap tak acuh.
Betapa gulana alam,
Hijaunya beralih ruam.
Ia hendak dibuat bungkam,
Dari semua yang mencekam.
Ribang hati pada alam,
Yang leluasa tanpa ancam.
Kendati ia tak bergumam,
Lambat laun kita karam.
FYI; Puisi ini pernah diikutsertakan dalam lomba menulis puisi yang diselenggarakan oleh Badan Sastra
Post a Comment